Saat Di Sana Kemudian Harinya

Hariku berubah semenjak kuputuskan untuk mencari nafas segar di sebuah kota yang pernah tercipta kenangan manis, tapi kukubur dalam-dalam karena cintaku pupus.

Januari lalu, aku pernah menangis di suatu taman karena ingin melegakan diri atas perpisahan yang entahlah; apa itu namanya perpisahan atau tidak. Tapi hatiku hancur.

Tapi, entah ada apa energi di sana, aku ingin kembali melihat suasana itu. Bukan untuk seseorang yang pernah melukaiku. Tapi untuk tempat terkenang itu.

Sabtu lalu, aku dengan bersemangat jalan bersama seorang temanku; perempuan yang kukenal dari dunia maya, namun kami sangat akrab layaknya sudah kenal lama. Dan ada suatu titik, aku terkesiap melihat seseorang, "yang pernah menjadi posisiku di sana" dengannya. Aku memang sudah tahu kabar tentang seseorang itu, karena aku mendengar cukup banyak kabar dari temanku. Seketika aku sudah berpikir matang bahwa aku ingin menjaga mataku dari matanya, aku berusaha untuk tidak peduli dan seperlunya. Dan... Ya, aku berhasil. Menurutku.

Entahlah.

Ketika aku berjalan dengan temanku dan "adikku", mereka selalu "pancing" tentangku dengannya saat itu. Entah, rasanya mungkin sakit, tapi bukan sakit melihat ia bahagia bukan karena, mungkin efek syok dan aku emang merasa biasa.
Tapi..

Entahlah.

Entahlah.

Sampai detik ini, aku mengetik isi semua keresahanku di sini, aku masih bingung dengan diriku sendiri.

Aku bahagia melihat orang bahagia, selama aku bisa bahagia dengan caraku sendiri, ini bukan masalah tapi,
Ketika aku ingat buruknya, mungkin aku harus kukuh dengan pikiranku bahwa hal itu yang bikin dia tidak baik untukku, dan harusnya aku bersyukur karena bisa bernafas lega dengan teka-teki buruknya. Hahaha.

Meskipun ketika itu aku pernah mengatakan kepada seseorang bahwa aku tidak akan tahu apa yang harus lakukan tanpanya, dan... aku sudah mendapatkan jawabannya.

"Teruslah hidup, tetaplah bernafas. Nafasmu bukan darinya, tapi dari Tuhan. Tuhan sudah yakin kepadamu bahwa semuanya akan baik-baik saja."

-aku sambil tersenyum sendiri mengetik ini-

.
.
Purwakarta, 7 April 2019
15.30