600 Hari Tanpamu


Hai, seseorang.


Sudah lama, ya, semenjak pertemuan terakhir dan kita memutuskan untuk "tidak mengenal" satu sama lain.

Kamu memutuskan untuk tidak melanjutkan percakapan di Whatsapp.

 

Aku tidak terlalu sering mengingatmu, hanya saja momen disaat minum kopi berdua di sebuah kedai kopi, dan langkah kaki kita yang seiring berirama di malam itu kala itu, tak bisa aku lupakan ketika kumelakukannya sendirian.

Dan hanya itu momen yang terkenang di malam itu. Kala kau mengatakan padaku dalam waktu satu malam saja saat bertemu, "sepertinya aku menyayangimu".

Siapa yang tahu, ternyata hal itu yang membuat seperti menyakiti diriku sendiri?

Karena aku tahu, itu hanya kata-kata. Kamu takkan pernah bisa berjuang, karena terkalahkan oleh ego... eh, entahlah. Intinya, itu hanya kata-kata; yang entah apakah sampai saat ini kau masih mengingatnya pernah berkata itu atau tidak.

 

Aku ingin berkabar banyak tentangmu, dari aku cukup banyak mengenal lelaki selainmu, lalu aku mulai memberanikan diri bermodal untuk membuat cover lagu, juga aku pindah dinas. Aku juga kembali "baikan" dengan "masa lalu". Ya, kuharap kautahu itu, karena setelah kukecewakan kau, dan kita memutuskan untuk berdamai untuk pergi, kita benar-benar menghilang dari ruang yang sering kita kunjungi untuk berbagi semua hal yang dilalui setiap harinya.


Mungkin, ketika kita bertemu lagi, kisahnya tidak akan seperti dulu. Itu jelas, sih. Tapi, aku merindukan rangkulanmu; tanganmu yang kokoh, tinggimu yang ketika kulihat harus mendongakkan kepalaku, senyummu yang tulus... tak lupa, tatapanmu ketika melihatku yang selalu kuselingi "berhentilah menatapku".


Aku tak tahu apakah kau sedang menemukan sosok yang pantas bersanding denganmu atau belum, tapi... hei, aku harap, suatu hari nanti, kamu tidak akan ragu untuk mengundangku di hari bahagiamu. Aku akan sangat bahagia melihatmu bahagia nantinya.


Atau mungkin... akan bersanding denganku?


Ah, aku bercan... eh, entah.


Aku mendoakan yang terbaik untukmu. Selalu.


Jangan lupakan aku, ya?


Aku (pernah) mencintaimu. Karena dulu kamu pernah berjasa di hidupku.

Terima kasih karena pernah menjadi pendengar, pembantu dalam segala hal.

 

Sekali lagi, aku merindukanmu, sungguh. Hehe.

Comments