Hai. Masih dengan Riska, empunya tunggal blogger ini.
Habis mengerjakan tugas kuliah, nih. Tapi aku males buka buku mata kuliah, dan nggak tau kenapa tiba-tiba kepikiran untuk sharing; setelah merapikan label tiap postingan.
Ternyata 50% lebih, isinya blogger ini tentang curhatan semua. Sisanya tentang cerita dengan kata-kata tidak sok asik, dan yang tersedikit yaitu sharing.
Tapi ya emang tujuanku punya blogger untuk curhat kok. Hehe.
Seperti yang sudah aku catat di sini, pada akhirnya kuputuskan--sampai saat ini--blogger ini menjadi blogger personal. Dulu aku pernah buat postingan tentang alasanku mengapa jadi Blogger khususnya personal, cuman sudah kuhapus. Banyak postingan sebelum awal ini yang kuhapus karena isinya kebanyakan tentang satu orang yang sudah capek aku bahas, dan aku merasa "aku harus moving forward" dan kuhapus semua. HAHAHA. Padahal banyak juga curhatan tentang masa sekolah, masa sama si batur, tentang Stampletter, tentang PKL sampai awal-awal aku cari kerja sampai dapat. Nyesel? Nggak sih.
Bisa diatur. Kalo mau, aku bakal sharing di sini. Itupun kalo masih inget.
Sudah, topik hal itu lewat saja dulu.
Dulu, aku orang yang cerewet banget dengan masalah pribadi. Segalanya aku cerita ke orang-orang. Sampai akhirnya kelas 5 SD, aku beli buku Diary. Iseng aja cerita apapun. Tapi nggak konsisten semua diceritain di sana, sih. Soalnya dulu aku suka cerita juga sama orang.
Tapi pernah di suatu kejadian, ceritaku kek disebarin gitu sama orang-orang dengan pembahasan yang beda dari yang aku ceritain. Sedih banget rasanya karena saat itu, temen-temen aku menjauh. Ada dua temanku yang objektif; tau kalo sebenernya ceritanya nggak begitu. Akhirnya dua temanku itu kek minta bantuan ke temen lainnya--sekelas juga, sih cuman kek meyakinkan kalo sebenernya ceritanya nggak yang seperti mereka tahu--sampai akhirnya di waktu yang tepat, mereka "melabrak provokator itu".
Semenjak itu, aku nggak pendiam juga sih, cuman jadi mengurangi frekuensi cerita ke orang. Aku jadi lebih sering curhat ke media sosial seperti Facebook dan Twitter. Kadang beberapa dari mereka ada yang komentar "Riska menuhin beranda gue" dan aku kek dalam hati "serah gue lah, akun punya gue, nggak suka tinggal unfollow".
Gitu dah.
Sampai pada akhirnya, aku lupa kelas 8 atau 9 SMP, ada pelajaran Teknik Informasi dan Komunikasi, disuruh bikin blogger. Dan jauh cerita, aku melihat beberapa orang Blogger menceritakan tentang keluh kesahnya, dan hal itu buat aku memilih untuk ikut terjun mengikutinya.
Masih sering, sih, curhat di Facebook dan Twitter, tapi nggak sedalam di sini.
Karena Blogger, aku jadi kenal banyak orang, jadi belajar bahasa yang benar. Ya nggak aku terapin semua sih, cuman aku jadi nggak mau mengetik atau menulis tulisan dengan kata-kata singkat--kalo bukan yang bisa disingkat. Selain itu juga aku pernah ikut kontribusi kasih cerita baper di salah satu buku kumpulan blogger; ketemu juga beberapa temen-temen blogger di Jakarta, banyak sih...
Tapi yang terpenting, dengan aku cerita di sini, nggak akan ada salah paham cerita kalo dibanding dengan yang diceritain ke orang-orang. Tapi, untuk sekarang, aku udah jarang cerita ke orang,sih, kecuali kalo aku butuh banget pencerahan. Itupun ceritanya ke si batur--seseorang yang kupercayai sedari 2013 lalu.
Aku udah mulai jarang cerita ke orang karena aku bukan orang yang pintar merangkai kata untuk bercerita ke orang; sekalipun ke orang tua. Hal ini udah jadi suatu hal yang mutlak yang harus aku pikir-pikir lagi untuk cerita masalah apapun ke orang.
Kadang aja aku suka mikir kalo aku resign dari pekerjaanku sekarang, aku kek bingung kudu gimana berbicara dengan baik dan benar di depan pewawancara.
Seriusan dah. Hahaha.
Aku berpikir juga bahwa nggak semua hal bisa diceritain dengan rinci ke orang, kek lebih baik curhat di media sosial sekalian. Disamping itu, aku juga merasa lebih enak curhat dengan mengetik karena dengan cerita di sini, aku NGGAK menuntut semua orang HARUS membaca cerita aku. Karena aku tau rasanya posisi mendengar cerita orang disaat lagi nggak pengen jadi pendengar, dan tau rasanya menjadi pencurah cerita tapi orang lainnya CUEK.
Di-capslock biar jadi penekanan aja, nggak maksud apa-apa kok.
Alasan terakhir, aku bisa mengukur kemajuan aku sudah sampai mana; kek nanti bisa flashback ke postingan lalu. Meskipun menyebalkan karena postingan yang lampau banget udah dihapus, tapi, gapapa.
Akhir postingan ini, aku pengen bilang kalo, nggak semua hal BAIK itu dipendam dalam hati. Yang namanya ngebatin pasti sakit. Kalian jangan sungkan untuk mencurahkan isi hati kalian. Pilih orang yang kalian percaya; sekalipun harus pilih psikolog. Curhat itu bukan hal yang buruk, kok, sekalipun itu perasaan kesal ke orang--ya menurutku ya, soalnya kan cuman sebatas ceritain "momen berdua", bukan semua keburukan orang itu--.
Kalo kalian nggak sanggup cerita ke orang, mulailah cerita dalam bentuk media; bisa blogger kek aku ini, atau buku dan pena, handphone dan perekam suara, atau kamera dengan menu video. It's okay to be not okay, fellas.
Tapi yang utama, minta petunjuk Tuhan atas kesulitan yang dihadapi. Tuhan beri cobaan, nggak semata karena iseng aja ngasih, tapi karena Ia tahu kamu bisa. Minta kemudahan, minta dikuatkan, minta diberi petunjuk.
Semoga dengan adanya ini, kalian nggak ngerasa aneh lagi atas mengapa aku capek-capek mengetik banyak kata di sini. Makasih ya yang udah simak, sedikit banyaknya tulisan ini, semoga bermanfaat.
Because you only live once, be enjoy! xo.
Comments
Post a Comment
Terima kasih yang telah berkunjung dan membaca isi blog ini. Pesanku, berkomentarlah dengan bijak, bukan karena ingin "promosi".